Jumat, 26 Juli 2024

Paradoks Persfektif

    Paradoks adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. (KBBI)
    Persfektif adalah sudut pandang; pandangan. (KBBI)

      Pernah dengar kata-kata "dasar orang aneh", "alien", "beda server"? Kalau saya sih sering mendengarnya. Kata-kata tersebut pernah beberapa kali ditujukan rekan pada dairi saya. Kadang saya pun berpikir apakah ada yang salah dengan diri ini? Sementara orang-orang berada di saluran fm saya malah ada di am (cek istilah saluran radio, karena saya pendengar radio).
      Orang-orang sering mengira saya menari-nari karena bahagia. Di lain waktu mereka pun sering mengira saya bernyanyi nyaring karena saya kasmaran. Padahal kenyataannya adalah saya sedang merasa bosan, kesal atau tidak bahagia. Saya suka dengan komentar teman saya diunggahan saya pada status FB. Dia menulis "daripada ngabatin mending ngabaso" (daripada membatin mending makan bakso). Kata-kata itu sangat menghibur dan menginspirasi. 
       Saat berada di posisi tak bisa melawan arus, harus manut dan patuh padahal dalam hati kadang tidak sejalan, disitulah saya mulai berulah.😌 
       Saya bisa menggelar konser di meja kerja saya. Istilah konser ini saya gunakan saat saya nyanyi-nyanyi di meja kerja dan membuat kegaduhan untuk teman sebangku saya. Atau mungkin di lain waktu saya akan bergerak-gerak kurang kerjaan yang dikira orang sedang joged-joged.
      Meski saya menyelesaikan kedua gelar di bidang bahasa tapi pola pikir saya kadang lebih suka seperti pola pikir eksak. Saat mengajar saya lebih suka membuat tabel untuk menjelaskan perbedaan dua bahasan atau menggunakan simbol-simbol untuk mencatat. Saya kurang suka ketika berbelit-belit dalam menulis ataupun berbicara.
       Saya adalah orang yang lebih suka to the point. Mungkin hal itu juga yang membuat saya harus melengkapi kembali ujian mata kuliah PKN saya waktu S1.😀  
       Saat itu saya ditelepon dosen agar melengkapi jawaban esai soal UAS. Kata beliau jawaban untuk soal PG sangat bagus karena banyak jawaban yang dijawab dengan benar, hanya saja saya terlalu singkat saat menjawab esai. Kebiasaan to the point ini sering membuat saya kesulitan saat harus berpanjang-panjang dalam berargumen. Hal ini juga sering membuat orang menilai saya teugeug (ketus).
        Mungkin pembelajaran tentang kalimat efektif dan pragmatik cukup melekat dalam benak saya sehingga saya sering bersikap demikian. Bisa jadi saya malas beradu argumen atau mempermasalahkan hal yang kurang penting.
      Memang ada orang yang berpandangan bahwa guru bahasa adalah orang yang suka bicara berbelit-belit, berpanjang-panjang. Orang juga ada yang berpandangan kalau guru bahasa adalah guru yang wajib pintar menulis apapun karena di dalam mata kuliah dan mata pelajaran bahasa ada pembelajaran menulis. Padahal sejatinya tidak demikian.
       Writing is healing. 
       Ya menulis bisa menjadi cara untuk menyembuhkan. Apa yang dapat disembuhkan? 
      Ada hal-hal yang lebih menenangkan setelah diceritakan dan dibagikan kepada orang lain. Namun di saat kita tak bisa bicara karena bibir kadang berubah menjadi kelu saat akan memulai cerita, menulis bisa menjadi jalan keluar. 
       Apakah saya menulis? Tentu.
       Saya tak mungkin dapat menyelesaikan kedua jenjang pendidikan jika tidak menulis. Lalu apakah saya juga menulis saat saya meminta siswa untuk menulis. Jawabnya ya. Saya menulis untuk menunjukkan pada murid-murid saya bahwa saya juga melakukannya. Meski tidak berarti saya mahir atau mumpuni dalam melakukannya. Hal yang saya inginkan adalah mereka mencoba karena segala sesuatu mungkin terasa menakutkan saat belum dimulai dan dilaksanakan.
       Lalu apakah saya aktif menulis? Inilah yang menjadi pertanyaan besar?
      Salah satu kekurangan orang moody seperti saya adalah susahnya untuk konsisten. Saya merasa tertekan hingga kadang tak bisa menyelesaikan apa yang sudah mulai ditulis ketika mood sedang tidak baik. Blog ini pun bukan yang pertama yang saya miliki. Pernah ada satu atau dua blog lain yang pernah saya buat tapi sudah lama tak dikunjungi karena lupa kata sandi. 😇 
        Jadi bila ada yang beranggapan saya pasti rajin dan suka menulis karena guru bahasa itu tidaklah tepat. Menulis itu proses yang melibatkan banyak hal. Menulis juga banyak jenisnya.
       Setiap orang bisa menulis. Apalagi jika menulis itu adalah panggilan jiwanya. Bukan hanya guru bahasa, siapapun bisa melakukannya. Sependek pengetahuan saya, menulis karena hasrat jauh lebih mudah dilakukan daripada menulis karena tuntutan atau kewajiban. Jadi lakukanlah! Tulislah apa yang menjadi minatmu, apa yang menjadi panggilan jiwamu.
          Dan ini adalah tulisan terpanjang yang pernah saya tulis di sini. Entah ada angin apa yang menggerakkan jari-jari saya dan menggelitik skemata yang beberapa waktu ini terasa kaku. Mudah-mudahan saya bisa menulis dengan lebih konsisten. Dan tentunya dengan pikiran yang sebening mata air. 


YN, 26/07/2024
Disponsori lagu-lagu Jepang yang saya pun tak mengerti artinya.😆

Finally 40

 Happy Birthday.... Saenghil Cukhae.... Barakallah Fii Umrik.... Yeay... Akhirnya sampai di usia ini. Dulu pernah berpikiran usia 40 itu sud...