Selasa, 10 September 2024

Masih Kekasihku

 

Jauh di lubuk hatiku
Masih terukir namamu
Jauh di dasar jiwaku
Engkau masih kekasihku

 

            Lirik lagu dari Band Naff memenuhi ruangan saat Akira mengeluarkan baju dari lemarinya. Dia mencari-cari sesuatu. Setelah beberapa lama ia menemukan sweater biru dongker yang dicarinya. Sweater itu dibelikan Ruwi untuknya. Sweater yang selalu dibawanya ke mana pun. Dengan memakainya dia merasa Ruwi Tengah memeluknya.

            Usianya mungkin tak lagi muda. Dia sudah hampir memiliki cucu. Namun hatinya masih berbunga-bunga saat melihat senyum manis di wajah Ruwi. Sahabat yang kemudian menjadi istrinya itu sudah lama dia cintai. Namun hingga saat ini Akira belum pernah benar-benar mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Dia takut untuk memulainya.

            Akira sudah terbiasa dengan kehadiran Ruwi dalam hidupnya. Meski mereka hanya bertemu setiap akhir pekan. Itu lebih dari sekedar cukup. Akira bukannya tak ingin berada dalam satu kota yang sama untuk setiap hari. Namun pekerjaannya membuat dia harus selalu berpindah-pindah.

            Akira tak ingin Ruwi hidup tak nyaman. Akira sudah membebani Ruwi untuk merawat anak-anaknya. Dia tak mungkin menambah beban hidupnya.

            “Apakah bapak merindukan ibu?” Anak buahnya tiba-tiba bertanya. Mungkin dia heran. Karena selama ini, seletih apapun dia pasti minta pulang ke Bandung jika hari Jumat sudah tiba.

            Akira tak menjawab. Dia memakai sweater yang sejak tadi dipegangnya lalu mengajak anak buahnya pergi. Rencananya pagi itu mereka akan berlari di sekitar perumahan.

            Akira sudah terbiasa olahraga. Dia memang menjaga tubuhnya dengan baik. Dia masih bugar di usianya yang sudak menginjak kepala lima. Dia juga masih terlihat tampan. Banyak Perempuan yang datang menggodanya. Namun di hatinya hanya Ruwi seorang.

            Ruwi adalah satu-satunya gadis yang menjadi sahabatnya. Sebenarnya Akira menganggapnya lebih dari sekedar sahabat. Namun Ruwi sepertinya tidak memiliki perasaan yang sama. Dia pun harus berpuas diri dengan hanya menjadi sahabat Ruwi. Saat Raisya datang, Akira pun mencoba mengalihkan perasaannya. Dia meyakinkan diri bahwa Raisya lebih baik untuknya.

            Saat sahabatnya Arya Pradipta Lazuardi meminta untuk dikenalkan pada Ruwi, Akira pun menurutinya. Meski di kemudian hari dia menyesalinya. Awalnya dia mengira Arya dapat membuat Ruwi bahagia. Yang terjadi adalah sebaliknya. Dua kali Arya meninggalkan Ruwi dalam keadaan hamil. Arya bahkan mengambil anak pertama Ruwi dari sisinya.

            Akira lalu melamar Ruwi. Ia ingin Ruwi memiliki status yang jelas. Pernikahannya dengan Arya belum sempat diresmikan secara hukum negara. Orang-orang hanya tahu kalau Ruwi adalah bibinya Novan, padahal sebenarnya Ruwi adalah ibunya Novan.

            Ibu Ruwi memang lebih menyayangi Rosi, kakaknya. Dia selalu menomorsatukan Rosi. Dia marah besar saat tahu Ruwi menikah siri dengan Arya. Dia makin marah saat tahu Ruwi hamil dan Arya pergi meninggalkannya untuk sekolah di luar negeri. Dia pernah menyarankan Ruwi untuk menggugurkan kandungannya.

            Saat bayi Rosi meninggal, dia mengambil bayi Ruwi dan menjadikannya sebagai bayi Rosi. Ruwi yang tidak bisa berbuat banyak. Dia pun memohon pada ibunya agar diizinkan untuk menjadi pengasuh putranya. Ibunya menyetujui dengan syarat dia tak boleh memberitahukan semua rahasia mereka pada keluarga suami Rosi.

            Lima tahun berlalu. Anak Ruwi telah tumbuh menjadi balita yang tampan dan pintar. Anak itu sangat dekat dengan Ruwi karena Rosi depresi. Suami Rosi tetap tak mau bersamanya meski mereka memiliki anak laki-laki. Suami Rosi meninggalkannya dan pergi dengan pacarnya. Rosi yang depresi akhirnya meninggal dunia.

            Saat Rosi meninggal Ruwi baru tahu kalau Arya adalah kakak tiri suami Rosi. Arya datang untuk melihat keadaan Novan, putra adiknya yang ditelantarkan. Saat itu ibu Ruwi memberi tahunya kalau Novan sebenarnya adalah anak Ruwi. Hal itu membuat Arya marah besar. Dia yang baru memulai kembali hubungannya dengan Ruwi, kembali meninggalkannya.

            Kali ini Arya pergi untuk selamanya. Dia mengatakan tak ingin lagi melihat Ruwi. Baginya Ruwi sudah mati. Dia tak peduli meski Ruwi memohon dan memberinya penjelasan. Arya sakit hati karena Ruwi membohonginya. Selama ini Arya hanya tahu bayi mereka meninggal.

            “Kali ini biarkan aku bersandarlah padaku!” Akira bicara dengan tulus. “Menikahlah denganku. Dan biarkan aku menjadikanmu ratu di rumahku!” Akira menatap Ruwi lekat-lekat. “Kau terlalu lelah untuk berjuang sendirian.” Arya meraih Ruwi ke pelukannya. Dan Ruwi pun menangis tersedu-sedu.

            Ruwi menerima lamaran Akira. Beberapa bulan kemudian Ruwi melahirkan anak lelaki yang tampan. Ibunya mengira bayi itu adalah anak Akira, begitu pun semua orang. Akira menamai anak itu dengan Ryuzaki Adriansyah. Dia memberikan nama keluarganya untuk anak Ruwi.

            Saat Adrian berusia satu tahun, Raisya kembali datang dalam kehidupan Akira. Dia menggodanya dan meminta untuk dinikahi. Akira tidak ingin melakukannya tetapi Ruwi meminta Akira untuk melakukannya. Dia tak keberatan Akira memiliki dua istri.

            Pernikahan Akira dan Raisya hanya bertahan satu tahun. Raisya tak ingin memiliki anak karena akan menghancurkan karirnya sebagai artis. Setelah melahirkan bayi kembar mereka, Raisya menggugat cerai dan menyerahkan hak asuh pada Akira. Raisya pergi menghilang dan tak pernah kembali.

            Akira merasa malu karena dengan tangan terbuka Ruwi menerima bayi kembar itu untuk dirawat. Ruwi tak sedikit pun merasa kesal atau marah saat harus merawat bayi dari istrinya yang lain. Akira jadi makin sayang padanya. Akira berjanji tak akan lagi menghadirkan orang lain dalam pernikahan mereka. Akira sudah merasa cukup dengan hanya menjadi sahabatnya.

            Hidup mereka tenang dan damai hingga peristiwa itu terjadi. Kaori putri kesayangannya menjalin hubungan dengan Novan dan mereka berselisih paham. Kaori kabur dengan cinta SMA-nya. Karena hal itulah hubungannya dengan Ruwi merenggang. Mereka membela anak masing-masing.

            Akira memutuskan meninggalkan Ruwi dan merawat putrinya yang depresi karena kehilangan bayi dan orang yang dicintainya. Sekarang putrinya telah sembuh dan kembali memulai hidup. Akira kembali merindukan Ruwi.

            “Jangan biarkan aku menjadi penghalang bagi papa!” Kaori tersenyum penuh arti sambil menatapnya saat mereka makan siang bersama. “Aku tahu papa merindukan mama.” Kaori menggenggam tangan Akira. “Pergilah. Mama pasti sudah lama menantimu. Dan kali ini ungkapkan perasaanmu yang sebenarnya. Sudah terlalu lama papa memendamnya.”

            “Kaori ….” Akira menatap putrinya. Putrinya telah benar- benar sembuh. Binar-binar di matanya telah kembali. Senyum di pipinya juga telah kembali.

            “Aku sudah lebih kuat papa. Aku tak akan terjebak lagi dalam kesedihan. Aku sudah dapat menerima semuanya dengan Ikhlas. Aku ingin melihat papa bahagia.” Kaori meremas tangan papanya. “Selama ini papa selalu mendukungku. Apapun yang aku lakukan papa pasti mendukungku. Kurasa sekarang giliranku yang melakukannya untukmu.” Kaori menyeka mata Akira yang berkaca-kaca dengan tisu. “Rian bilang mama menunggu papa. Dia tidak kembali pada Om Arya. Sekarang Om Arya sudah kembali ke Jerman. Dan mama tetap di Bandung. Menunggu papa.”

            “Terima kasih, nak!” Akira mengecup punggung tangan putrinya lalu meminta anak buahnya untuk menyiapkan mobil.

           

           

             

           

Finally 40

 Happy Birthday.... Saenghil Cukhae.... Barakallah Fii Umrik.... Yeay... Akhirnya sampai di usia ini. Dulu pernah berpikiran usia 40 itu sud...