Empati adalah keadaan
mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam
keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. (KBBI)
Ironi
adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan makna sesungguhnya,
misalnya dengan mengemukakan makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya
dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang
mendasarinya. (KBBI)
Masih banyak siswa SMP yang belum bisa membaca.
Berita ini memang mengejutkan tetapi bukan hal yang
luar biasa bagi saya. Sependek ingatan saya dulu pun pernah ada siswa yang juga
belum bisa membaca padahal sudah di tingkat MTs dan MA.
Siapa yang salah? Di manakah
letak permasalahannya?
Rasa-rasanya pertan yaan-pertanyaan tersebut tidak akan
menyelesaikan permasalahan. Banyak hal yang berkaitan dengan bisa atau tidaknya
seorang anak dalam membaca. Dan harap diingat tak ada satu pihak pun yang
merasa berhak untuk dipersalahkan.
Dalam jurnal yang pernah saya baca, tiga guru SD
diwawancara mengapa beberapa siswa mereka masih belum bisa membaca. Jawaban
ketiganya hampir sama. Di sekolah guru
sudah melakukan berbagai cara untuk mengajarkan siswa untuk membaca tetapi di
rumahnya siswa banyak yang tidak melakukan latihan ulang sehingga ketika
kembali ke sekolah mereka tetap lupa dengan yang telah diajarkan.
Kalau dipikir ulang siswa lebih banyak menghabiskan
waktunya di rumah dibandingkan di sekolah. Bantuan orang tua sangatlah
diperlukan untuk para siswa agar bisa mengulang kembali pelajaran yang telah
diberikan di sekolah. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik maka kemampuan
siswa dalam belajar akan jauh lebih baik, termasuk kemampuan membaca.
Bukankah sangat lucu saat siswa yang kesulitan membaca
ternyata bisa bermain game online. Jika bermain game yang memerlukan
keterampilan lebih saja mereka bisa dan sanggup melakukannya lalu bagaimana
dengan membaca?
Membaca merupakan kemampuan reseptif tahap kedua. Siswa
bisa saja menemukan informasi dari kemampuan reseptif tahap kesatu yaitu
menyimak meski belum bisa membaca. Namun ada banyak hal yang tidak cukup diperoleh
hanya dengan menyimak. Ada hal-hal tertentu yang cenderung lebih sulit
diperoleh dari menyimak. Hal-hal sulit tersebut
dapat diperoleh dari kegiatan membaca.
Jika siswa sudah lancar membaca maka kegiatan berbahasa
yang lainnya yaitu menulis akan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Secara
tidak sadar saat kita menulis, kita mengeja dan mengucapkan kata-kata yang
ingin kita tulis di dalam benak kita. Kalau dipikir saat menulis sebenarnya
kita hanya tinggal memindahkan lambang huruf yang ada di buku paket atau papan
tulis ke buku catatan. Namun kenyataannya tidak sesederhana itu. Pada siswa yang
belum lancar membaca, kata-kata yang ditulisnya sering mengalami kehilangan
huruf ataupun salah tulis.
Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi fenomena
ini?
Langkah pertama yang harus ditempuh adalah mengetahui
sejauh mana kesulitan siswa. Kita bisa meminta siswa untuk membaca sebuah teks.
Selama proses membaca kita amati kesulitan apa yang dialami siswa saat membaca.
Sebagai panduan, kita bisa menggunakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
2. 2. Huruf apa
yang sering tertukar?
3. 3. Huruf apa
saja yang sulit dilafalkan oleh siswa?
4. 4. Apakah siswa
sudah bisa merangkai huruf dan membacanya menjadi kata?
5. 5. Apakah siswa
kesulitan dalam melafalkan diftong (gabungan vokal: au, ai, oi)?
6. 6. Apakah siswa
kesulitan dalam melafalkan kluster (gabungan konsonan: kh, str, st, dll)?
7. 7. Apakah siswa
sering melewatkan membaca akhiran ( nya, mu, ku)?
8. 8. Dst.
Langkah
kedua adalah menemukan solusi yang tepat untuk kesulitan yang di alami oleh
siswa. Jika siswa belum kenal huruf maka kita perkenalkan terlebih dahulu
huruf-huruf tersebut. Untuk huruf-huruf yang tampak mirip kita bisa memberikan
penegasan yang lebih agar siswa tidak lagi tertukar. Kita bisa menggunakan
flashcard sebagai media, buku bacalah (yang biasanya digunakan untuk anak TK
atau SD) atau aplikasi membaca yang dapat kita unduh di playstore. Sedangkan
untuk metode kita bisa menggunakan metode simak dan ulangi, montesorri dan
bermain sambil belajar dan masih banyak yang lainnya.
Langkah
ketiga adalah bersabar dan terus berlatih. Membaca adalah kemmapuan yang harus
terus diasah. Semakin sering membaca maka akan semakin lancar. Selain itu
perbendaharaan kosa kata akan semakin bertambah. Dengan bertambahnya
kosa kata maka akan makin mudah untuk memahami isi bacaan.
Hal-hal yang saya bahas ini hanyalah sebagian kecil mengenai masalah yang berkaitan dengan membaca. Banyak hal lain yang tentunya dapat membantu pengetahuan dan wawasan kita untuk membantu anak ataupun siswa dan siswi kita dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca. Sampai saat ini saya juga masih berusaha mencari cara yang tepat untuk membantu siswa-siswa saya yang mengalami kesulitan dalam membaca sesuai dengan karakteristik gaya belajar mereka.
Bacaan lebih lanjut:
Membaca Ala Montessori: Cara Membaca TK yang Efektif dan
Menyenangkan (chebira.com)