Senin, 09 September 2024

Empati Ironi

 

    Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. (KBBI)

Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan makna sesungguhnya, misalnya dengan mengemukakan makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya. (KBBI)

 

Masih banyak siswa SMP yang belum bisa membaca.

              Berita ini memang mengejutkan tetapi bukan hal yang luar biasa bagi saya. Sependek ingatan saya dulu pun pernah ada siswa yang juga belum bisa membaca padahal sudah di tingkat MTs dan MA.

              Siapa yang salah? Di manakah letak permasalahannya?

              Rasa-rasanya pertan yaan-pertanyaan tersebut tidak akan menyelesaikan permasalahan. Banyak hal yang berkaitan dengan bisa atau tidaknya seorang anak dalam membaca. Dan harap diingat tak ada satu pihak pun yang merasa berhak untuk dipersalahkan.

              Dalam jurnal yang pernah saya baca, tiga guru SD diwawancara mengapa beberapa siswa mereka masih belum bisa membaca. Jawaban ketiganya hampir sama.  Di sekolah guru sudah melakukan berbagai cara untuk mengajarkan siswa untuk membaca tetapi di rumahnya siswa banyak yang tidak melakukan latihan ulang sehingga ketika kembali ke sekolah mereka tetap lupa dengan yang telah diajarkan.

              Kalau dipikir ulang siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dibandingkan di sekolah. Bantuan orang tua sangatlah diperlukan untuk para siswa agar bisa mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan di sekolah. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik maka kemampuan siswa dalam belajar akan jauh lebih baik, termasuk kemampuan membaca.

              Bukankah sangat lucu saat siswa yang kesulitan membaca ternyata bisa bermain game online. Jika bermain game yang memerlukan keterampilan lebih saja mereka bisa dan sanggup melakukannya lalu bagaimana dengan membaca?

              Membaca merupakan kemampuan reseptif tahap kedua. Siswa bisa saja menemukan informasi dari kemampuan reseptif tahap kesatu yaitu menyimak meski belum bisa membaca. Namun ada banyak hal yang tidak cukup diperoleh hanya dengan menyimak. Ada hal-hal tertentu yang cenderung lebih sulit diperoleh dari menyimak.  Hal-hal sulit tersebut dapat diperoleh dari kegiatan membaca.

              Jika siswa sudah lancar membaca maka kegiatan berbahasa yang lainnya yaitu menulis akan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Secara tidak sadar saat kita menulis, kita mengeja dan mengucapkan kata-kata yang ingin kita tulis di dalam benak kita. Kalau dipikir saat menulis sebenarnya kita hanya tinggal memindahkan lambang huruf yang ada di buku paket atau papan tulis ke buku catatan. Namun kenyataannya tidak sesederhana itu. Pada siswa yang belum lancar membaca, kata-kata yang ditulisnya sering mengalami kehilangan huruf ataupun salah tulis.

              Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi fenomena ini?

              Langkah pertama yang harus ditempuh adalah mengetahui sejauh mana kesulitan siswa. Kita bisa meminta siswa untuk membaca sebuah teks. Selama proses membaca kita amati kesulitan apa yang dialami siswa saat membaca. Sebagai panduan, kita bisa menggunakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

1.    1Apakah siswa sudah kenal semua huruf abjad?

2.   2. Huruf apa yang sering tertukar?

3.   3. Huruf apa saja yang sulit dilafalkan oleh siswa?

4.   4. Apakah siswa sudah bisa merangkai huruf dan membacanya menjadi kata?

5.   5. Apakah siswa kesulitan dalam melafalkan diftong (gabungan vokal: au, ai, oi)?

6.   6. Apakah siswa kesulitan dalam melafalkan kluster (gabungan konsonan: kh, str, st, dll)?

7.   7. Apakah siswa sering melewatkan membaca akhiran ( nya, mu, ku)?

8.   8. Dst.

Langkah kedua adalah menemukan solusi yang tepat untuk kesulitan yang di alami oleh siswa. Jika siswa belum kenal huruf maka kita perkenalkan terlebih dahulu huruf-huruf tersebut. Untuk huruf-huruf yang tampak mirip kita bisa memberikan penegasan yang lebih agar siswa tidak lagi tertukar. Kita bisa menggunakan flashcard sebagai media, buku bacalah (yang biasanya digunakan untuk anak TK atau SD) atau aplikasi membaca yang dapat kita unduh di playstore. Sedangkan untuk metode kita bisa menggunakan metode simak dan ulangi, montesorri dan bermain sambil belajar dan masih banyak yang lainnya.

Langkah ketiga adalah bersabar dan terus berlatih. Membaca adalah kemmapuan yang harus terus diasah. Semakin sering membaca maka akan semakin lancar. Selain itu perbendaharaan kosa kata akan semakin bertambah. Dengan bertambahnya kosa kata maka akan makin mudah untuk memahami isi bacaan.

Hal-hal yang saya bahas ini hanyalah sebagian kecil mengenai masalah  yang berkaitan dengan membaca. Banyak hal lain yang tentunya dapat membantu pengetahuan dan wawasan kita untuk membantu anak ataupun siswa dan siswi kita dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca. Sampai saat ini saya juga masih berusaha mencari cara yang tepat untuk membantu siswa-siswa saya yang mengalami kesulitan dalam membaca sesuai dengan karakteristik gaya belajar mereka.

Bacaan lebih lanjut:

Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I SDN Argopeni Tahun Ajaran 2019/2020 (researchgate.net).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Siswa (Studi Kasus Di SDN 105 Pekanbaru) (researchgate.net)

Membaca Ala Montessori: Cara Membaca TK yang Efektif dan Menyenangkan (chebira.com)

Finally 40

 Happy Birthday.... Saenghil Cukhae.... Barakallah Fii Umrik.... Yeay... Akhirnya sampai di usia ini. Dulu pernah berpikiran usia 40 itu sud...