Rabu, 15 Januari 2025

Neneng Merindu

     Sudah masuk ke pertengahan Januari. Januari tahun lalu itu, masa-masa paling galau. Setelah hampir dua tahun menunggu keputusan tentang pulang kampung akhirnya hilal muncul. 

    Seandainya jarak antara Leles dan Cingambul hanya 30 menit, tentunya aku tak terlalu mempermasalahkan balik kampung. Setiap hari bisa pulang ke rumah dan ke kampung halaman sendiri itu merupakan anugrah yang tiada taranya.

    Banyak yang kurindukan dari MTsN 11. Mulai dari siswa, rekan-rekan, besti-besti dan tempat semedi. MTsN 11 sudah jadi tempat wara-wiri selama 5 tahun terakhir. Banyak kenangan yang terukir di sana.

    Ruang guru yang sering jadi tempat makan-makan dan menunggu waktu pulang. Ruang TU yang sering jadi tempat semedi saat ingin fokus mengerjakan sesuatu. Ruang Pa Ben yang sering jadi tempat ngobrol, mulai dari obrolan receh sampai obrolan serius tentang negara. Selasar di depan ruang guru tempat membahas kerandoman siswa sama besti. Dan tentunya masjid tempat selonjoran sehabis menunaikan salat.

    Jika sedang disibukkan oleh urusan kepegawaian, aku sering kangen dengan rekan-rekan TU di MTsN 11. Di sana kalau ada hal-hal yang tidak dimengerti maka dengan segera kudatangi ruangan Pa Ben, tempat sahabat drama berada. Atau duduk manja di kursi Pa Ben sambil mengomel panjang lebar tentang hal yang belum kumengerti 🙊.  Kadang juga langsung ke ruangan Mama Kaur untuk diskusi.

    Kadang aku pun kangen dengan panggilan kesayangan rekan-rekan di sana,  Neneng Garut 😂. Panggilan yang bukan tanpa alasan diberikan padaku. Panggilan yang diberikan karena aku yang bawel dan suka nembal saat ada yang make fun of me.🙈

   Aku juga kangen pada semua obrolan receh dan bermakna bersama Eonni-Eonni dan besti sebangsa setanah air, senasib sepenanggungan. Pada semangat ulin dan olahraga Eomma-Eomma kesayangan yang ada di sana. Juga pada guyonan dan cerita Appa-Appa dan Oppa-Oppa yang ada di sana.

    Semua kisahku di MTsN 11 akan terukir lekat di hati terpatri jelas dalam memori. 

   I miss u all.

    Semoga kalian senantiasa diberi kesehatan dan kebahagiaan.

    

    

Senin, 06 Januari 2025

Antara Aku, Menulis dan Gawai

        Waktu kuliah dulu teman- teman sering menggodaku peternak virus. Tahun 2005 komputer masih nebeng yang ada hanya flashdisk. Internet juga hanya ada di tempat-tempat tertentu. 

       Namun ajaibnya pada masa itu aku bisa menyusun tiga draf novel. Dua draf aku kirimkan ke penerbit dan salah satunya aku masukkan ke ajang lomba menulis Dewan Kesenian Jakarta.  Hampir tiap bulan aku kirimkan juga naskah cerpen ke majalah. Namun tak satu pun yang diterbitkan.

        Meski begitu aku bahagia dan terus mencoba. Pada masa itu duduk seharian di depan komputer adalah salah satu cara mengisi kegabutan. Pada masa itu aku sering membayangkan menulis cerita sambil duduk-duduk di kafe seperti tokoh novel.

         Dulu aku tak ambil pusing saat ada masalah dengan komputer. Sobat-sobatku dari teknik mesin akan siap sedia kurecoki dengan semua permasalahan. Mereka jugalah yang menjuluki aku si peternak virus. Padahal waktu itu aku sudah berteman dengan Mcafee dan Smadav.

      Begitu selesai kuliah aku pulang kampung dan memiliki komputer sendiri. Untungnya saat itu komputerku tidak banyak memiliki masalah. Dua tahun berikutnya aku memiliki notebook dan kubawa setiap hari untuk mengajar karena ukurannya yang seperti buku tulis. Yang satu ini bermasalah di chargernya. Aku sampai 2x ganti charger sebelum akhirnya notebook ini bertukar dengan tab 3.

      Saat punya tab 3 aku berharap bisa memiliki keyboardnya sehingga bisa bekerja seperti laptop. Namun keinginan itu tidak kesampaian. Tab 3 keburu matot. Akhirnya beralih lagi menjinjing laptop. Laptop putih yang kutempeli stiker Hello Kitty. Laptop yang menemaniku menempuh S2 sebelum akhirnya beralih ke laptop milik mama. Kini laptop putihku ku alihkan untuk menemani saudara sepupu yang sedang kuliah.

       Permasalahanku dengan kaptop mama adalah baterai. Setelah beberapa lama akhirnya aku harus merogoh saku untuk baterai baru. Laptop itu pun kembali ke pemiliknya karena aku ingin laptop dengan RAM yang lebih tinggi.

         Sebenarnya yang kuinginkan adalah tab S8 tapi yang kubeli malah si cantik Asus. Laptop cantik yang sangat kusayangi. Laptop yang sekarang sedang membuatku sedih karena layarnya tak menyala. 
         Memang aku jarang menjinjingnya lagi ke sekolah karena sudah ada tab s9. Namun aku masih menggunakannya di rumah untuk mengedit. Mengedit dengan laptop lebih cepat dan mudah, menurutku. Dan di musim hujan aku lebih memilih untuk tidak menjinjingnya ke sekolah.

         Aku memang masih bisa bekerja karena ada tab S9. Namun aku tetap galau tentang laptop cantikku. Sampai tulisan ini dipublikasikan aku masih berada dalam kegalauan. 

Rabu, 01 Januari 2025

Januari Bagiku

       Januari.... Lagi...

       Apa yang istimewa di bulan ini? Apa yang unik di bulan ini?

       Bulan ini sampai jadi judul lagunya Glenn Fredly. Armand Maulana pun punya kisah istimewa di bulan ini. Salah satu besti di YPIB juga lahir di bulan ini. 

       Lalu apa makna Januari bagiku?

      Yang jelas di bulan ini, di awal tahun 2022, aku kehilangan cinta pertamaku. 12 Januari 2022 adalah hari terakhir aku memeluknya. Lelaki yang menghadirkanku ke dunia. Lelaki yang selalu memberiku kekuatan. Lelaki yang sangat kucintai.

      Masih jelas dalam ingatan kejadian hari itu. Berada sendirian di daerah orang, sibuk mengurusi acara studi tur. Sementara pikiran mengembara teringat yang tengah berjuang dengan sisa napasnya. Dengan langkah gontai aku menempuh jalan panjang menuju RS seraya berdoa pada Sang Pencipta agar masih dipertemukan dengannya untuk terakhir kali.

       Sesampainya di RS, aku disambut oleh suamiku. Diajaknya aku untuk bertemu Bapak yang tengah menunggu. Aku langsung menemuinya. Kubisikan di telinganya "Pa, teteh tos dongkap." Bapak merespon dengan gerakan pupilnya. Kupeluk bapak sambil kuajak berdzikir. Dengan penuh keikhlasan kulepas kepergiannya. Kutemani sampai sisa napasnya. Kupeluk dia untuk yang terakhir kalinya. 

       Hari itu aku tidak menangis. Aku harus tegar demi ibu dan adik-adikku. Semua tanggung jawab bapak berpindah padaku. Banyak hal yang harus kuselesaikan.

        Selama ini aku selalu berusaha mewujudkan harapan-harapannya. Bapak ingin aku kuliah di keguruan. Bapak ingin aku bekerja di instansi yang sama dengannya. Bapak ingin aku melampaui tingkat pendidikannya. 

        Aku bersyukur karena mampu memenuhi harapannya. Meski satu harapan belum terpenuhi hingga hari ini, Bapak ingin cucu. Mudah-mudahan Sang Pencipta juga mewujudkan harapan Bapak yang ini.

        Bagiku harapan-harapan Bapak bukanlah beban. Apa yang menjadi harapannya adalah hal yang baik untukku. Aku yang cenderung tidak terlalu berambisi jadi memiliki keinginan untuk diwujudkan. 

        Bapak adalah penyemangat paling hebat untuk urusan pendidikan dan pekerjaan. Bapak sering berkata, "Tuntaskan pendidikanmu sampai jenjang tertinggi yang kamu mampu. Bapak mungkin tidak bisa mewarisimu dengan harta. Namun Bapak ingin mewarisimu dengan pendidikan. Agar kau mampu berdiri di kakimu sendiri."

        Bapak mungkin sudah tak menemani langkahku lagi. Namun wejangannya, ajaran dan kasih sayangnya akan senantiasa menemaniku selamanya. I love you, pak, selalu dan selamanya.

Finally 40

 Happy Birthday.... Saenghil Cukhae.... Barakallah Fii Umrik.... Yeay... Akhirnya sampai di usia ini. Dulu pernah berpikiran usia 40 itu sud...