Selasa, 11 Juni 2024

Sinekdok Yang Menyenangkan

        Pernah dengar sinekdok pars pro toto atau totem pro parte? 

       Kedua hal tersebut adalah gaya bahasa. Sinekdok pars pro toto adalah majas yang digunakan untuk menyebutkan sebagian tetapi dimaksud adalah keseluruhan. Misalnya, Ibu membeli lima ekor ayam. Dalam kalimat tersebut yang ibu beli adalah ayam secara keseluruhan bukan hanya ekornya. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, menyebutkan keselurihan tapi yang dimaksudkan hanya sebagian. Contohnya, Indonesia memenangkan pertandingan bulu tangkis. Yang dimaksud dalam kalimat tersebut sebenarnya bukan seluruh warga Indonesia tetapi hanya pemain bulu tangkis.

       Dalam kebaikan sinekdok pars pro toto tentunya menyenangkan. Namun akan tidak menyenangkan rasanya jika dalam keburukan. Hanya sebagian yang melakukan kesalahan tapi yang kena getahnya semua yang terkait. Seperti halnya saat sakit gigi. Satu atau dua gigi yang bermasalah tapi yang terasa sakit hampir semuanya.

       Terkadang kita memberi label yang sama pada siswa kita. Satu atau dua orang yang mambuat kesal tapi rasanya malas untuk mengajar di kelas tersebut. Sebenarnya hal ini tidak boleh dibiarkan. Masih ada siswa lain yang ingin belajar dan menantikan kehadiran kita. Jadi semangatlah! Singkirkan semua duri-duri kecil yang mengganjal itu agar kita bisa mengamalkan tugas dengan baik.

       Kita harus berpikir. Mungkin kita pun diberi label seperti itu oleh orang lain. Bisa itu oleh teman, kolega atau pimpinan. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tetap jadi diri sendiri. Tampilkan versi terbaik dari diri kita. Bukan demi menjilat atau mencari muka tetapi agar kita bangga pada diri sendiri.

       Hal yang paling menakutkan bukan dihakimi orang. Penghakiman orang masih dapat dikatakan biasa. Yang paling menakutkan adalah penghakiman dari diri sendiri. Saat hati nurani kita menghakimi. Hati kita tahu jika kita berbuat salah sekalipun tak seorang pun tahu tentang itu.

       Menjadi orang yang baik mungkin melelahkan jika yang kita inginkan adalah validasi dari orang lain. Sangatlah tidak mungkin untuk kita membuat semua orang ikut senang dengan apa yang kita lakukan. Hal itu bukan masalah besar. Hal yang perlu kita lakukan adalah berbuat baik. Masalah respon itu kembali pada hati mereka yang mencoba menerima atau menolaknya.

       Jika setiap hal baik yang kita kerjakan selalu menanti validasi orang, lama kelamaan energi kita terkuras dan lelah. Jadi berbuat baiklah, demi diri sendiri. Berkaryalah demi dirimu sendiri. Capailah semua cita dan mimpi yang mungkin hanya menghuni sudut-sudut hati atau membuat warna di catatan harianmu.

       

Finally 40

 Happy Birthday.... Saenghil Cukhae.... Barakallah Fii Umrik.... Yeay... Akhirnya sampai di usia ini. Dulu pernah berpikiran usia 40 itu sud...