Clarisya berlari sekuat tenaga. Dia tidak ingin kalah. Dia tidak peduli kalau tubuhnya merasa letih. Akal sehatnya tertutupi rasa marah.
Clarisya paling malas kalau ada pria yang mengajaknya berkenalan. Dia tidak ingin berurusan dengan pria. Dia tidak ingin terluka.
"Hai...!" Pria bernama Pras melambaikan tangan dengan gembira saat Clarisya mendekati garis finish. "Jadi siapa namamu?" Pria itu memberikan air mineral yang masih tersegel.
"Clarisya!" Sembur Clarisya dengan marah.
"Boleh bertukar nomor ponsel?" Pria itu menjajari langkahnya sambil menyerahkan ponsel pintarnya.
"Kita belum saling mengenal, untuk apa bertukar nomor." Clarisya memelototi Pras.
"Justru karena itu. Aku ingin kita saling mengenal makanya bertukar nomor."
" Saya tak pernah memberikan nomor secara sembarangan." Clarisya berjalan cepat menuju parkiran.
"Baiklah!" Pras mengeluarkan kartu nama dari dompetnya. "Ini kartu namaku. Kau boleh mengecek kantor tempatku bekerja." Pras tersenyum manis.
Clarisya mengambil kartu nama, memasukkannya ke saku lalu pergi menuju motornya.
Sesampainya di rumah. Clarisya langsung mengurung diri. Dia mengambil kotak musik berbentuk bola kristal dan mulai memainkannya. Musik dari lagu "You Are My Everything" pun mulai mengalun sendu.
"Apapun yang terjadi Fariz akan selalu bersama Claris." Kata-kata itu kembali terngiang di telinga Clarisya.
" Kau bohong! Pembohong!" Clarisya berteriak sambil memukul-mukul boneka Lumba-lumba besar yang jadi boneka favoritnya. Setelah puas berteriak dan memukul Clarisya pun pergi mandi.
Clarisya tahu setiap dia mengurung diri, ibu akan berdiri di depan pintunya dan menangis memanggil-manggil Clarisya. Sudah lama Clarisya tidak seperti ini. Namun, kehadiran pria tadi membangkitkan kenangan yang lama dipendamnya.
"Hari ini kita makan apa?" Clarisya langsung menemui ibu di dapur begitu selesai mandi.
"Ayam bakar. "Sahut ibu sambil tersenyum. Matanya terlihat sembab dan dia berusaha terlihat biasa saja.
"Ada yang bisa kubantu?" Clarisya menawarkan diri.
"Tolong keluarkan pie susu dari oven." Ibu bicara sambil tersenyum.
"Ada pie susu juga. Wow benar-benar hebat." Clarisya langsung menuju oven. Dia mengeluarkan pie susu dan menyimpannya di meja lalu menungguinya sampai dingin.
Dia selalu suka pie susu. Dia tak pernah bisa menahan diri kalau melihat pie susu. Kekesalannya akan sedikit berkurang kalau dia makan pie susu.